Terkisah, ada seorang lelaki yang buta aksara.
Karena keinginannya yang kuat untuk terbebas dari kebodohan, dia pergi menuntut ilmu. Dengan giat dan sabar, dia belajar dan belajar hingga suatu hari dia bertemu dengan seorang kakek.
Mereka berbincang-bincang santai. Sang kakek pun menemukan bahwa lelaki tersebut sedang dalam proses menimba ilmu. Sang kakek merasa tertarik, kemudian bertanya mengenai ilmu yang baru saja dipelajari oleh sang lelaki. Sang lelaki pun menjelaskan, sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya mengenai ilmunya. Dia bercerita dengan hati yang tulus dan antusias dalam membagi ilmunya, walau masih sedikit dan tak seberapa nilainya.
Setelah sang lelaki selesai bercerita, sang kakek memberikan komentarnya. Betapa ilmu yang baru saja dipelajari oleh sang lelaki bertentangan dengan apa yang diketahuinya. Sang kakek juga sempat menyebutkan beberapa ilmu lain yang mendukung pendapatnya.
Sesaat, sang lelaki tertegun. Ia pun bertanya-tanya dalam hati, siapakah kakek yang baru ditemuinya? Mengapa kakek tersebut justru mengetahui lebih banyak daripada dirinya sendiri?
Saat itulah kemudian sang kakek mengaku bahwa dulunya ia adalah seorang ilmuwan. Dari obrolan selanjutnya, sang lelaki menemukan bahwa sang kakek sangat pandai dan berwawasan luas. Ia pun merasa semakin malu, ia baru saja menjelaskan ilmu dan pemahamannya yang sederhana pada orang yang ternyata lebih berilmu, seolah menebar garam di lautan.
Sang lelaki terdiam. Ia tidak pernah bermaksud untuk merasa lebih pintar lalu untuk kemudian membagikan ilmunya yang sederhana kepada siapapun. Terlebih lagi, kepada seorang ilmuwan yang ilmunya telah melebihi dirinya. Tetapi sang kakek ilmuwan telah membuatnya seolah menjadi seperti itu.
Andaikan saja sang kakek mau jujur dan terbuka sejak awal bahwa ia adalah seorang ilmuwan yang telah mengetahui ilmu sederhana yang dimiliki oleh sang lelaki, mungkin mereka justru akan saling mengerti. Sang lelaki tidak akan menuai rasa malu, bahkan justru bisa belajar dari sang kakek.
Dan sang kakek, mungkin tidak akan kehilangan banyak waktu hanya untuk mendengarkan sang lelaki menjelaskan ilmu yang telah diketahuinya sejak lama.
No comments:
Post a Comment