Friday, October 24, 2014

Curhat

Curhat merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia modern.
Mungkin.

Seolah menjawab kebutuhan tersebut, saat ini tersedia beragam media untuk menyalurkan curhat. Ada yang sukanya curhat di Facebook, Twitter, atau Path. Ada pula yang sukanya curhat di blog. Seperti saya 😛
Walaupun masih banyak juga yang memilih untuk curhat langsung kepada manusia lainnya, baik itu kepada teman, kerabat, maupun pasangan.

Orang bilang bahwa curhat walaupun belum tentu bisa menyelesaikan masalah, namun setidaknya sanggup untuk meringankan beban pikiran.

Ya, itu kan pendapat orang ya.
Berdasarkan pengalaman saya, curhat itu tidak selalu bisa membantu saya. Tidak selalu meringankan beban pikiran, dan tidak selalu bisa menyelesaikan masalah. Bahkan, curhat justru memiliki potensi lebih besar untuk menambah masalah.

Kenapa?
Pertama, tidak selamanya orang yang saya curhati itu bisa dipercaya. Terkadang bahan curhatan saya bocor ke mana-mana. Terkadang, orang yang saya curhati juga memutar balikkan omongan, sehingga muncul dusta, atau fitnah, bahkan bisa menjadi bahan hasut untuk mengadu domba.
Yang kedua, tak selamanya orang yang saya curhati itu memiliki kapasitas diri yang baik. Apakah dia merupakan pendengar yang baik, atau minimal dia bukan hakim yang gemar memberi justifikasi atas situasi atau kondisi saya. Sehingga, curhat selalu gagal memberikan rasa ringan di diri saya. Yang ada malah semakin berat, akibat beban penghakiman orang lain.

Makanya, sebagai seorang makluk sosial yang jarang bersosialisasi, saya sangat jarang curhat pada orang lain. Bahkan pun kepada teman yang selama ini dekat dengan saya, saya seringkali berpikir berulang kali untuk curhat.

Akibatnya, saya sering sekali merasa kesepian saat bersama teman-teman. Seringnya saya memendam sendiri masalah yang sedang saya hadapi, berusaha menutupi dari orang-orang terdekat. Dan semakin besar keinginan saya untuk sendirian. Karena saat saya sendirian, saya tidak perlu memendam apa-apa.

Sejak dulu, saya lebih suka menulis saat saya ingin curhat. Medianya bisa berupa diary, jurnal, puisi, dan hingga saat ini, blog. ☺

Saat saya menulis, saya bisa menjadi sangat lepas. Saya bisa membuka apa saja, yang tidak bisa saya buka kepada manusia lainnya. Saya merasa seperti tidak memiliki batasan psikologis. Saya bebas menyalurkan perasaan, pemikiran, atau apapun, tanpa khawatir akan dihakimi.
Melalui tulisan pun saya tidak khawatir mengenai masalah privasi, karena saya sendiri yang memfilter mana yang mau saya bagi dan mana yang harusnya saya simpan, tanpa harus mengurangi nilai curhat itu sendiri.
Saya bisa saja melindungi privasi saya hanya dengan menceritakan sedikit hal lewat tulisan, tapi merasa sangat lega seolah telah membagi semua hal. Itulah mengapa saya sangat menyukai curhat dengan cara menulis di blog. ☺

Namun, curhat lewat blog tidak pernah berhasil menyelesaikan masalah atau memberi masukan solusi. Walaupun ada feedback melalui comment atau apa, tetap saja tidak cukup.

Dulu saya sering merasa kesepian dan hampa, karena teman-teman yang saya miliki tidak sanggup menjadi teman berbagi. Menulis blog bisa membuat saya seolah memiliki teman berbagi, tapi tidak memberi solusi.

Saya telah menemukan solusinya. Saya telah menemukan Tempat Berbagi Yang Selalu Mendengarkan, Selalu Mengerti, Selalu Mengasihi Tanpa Terlalu Cepat Menghakimi, Selalu Memberi Solusi, Dapat Menenangkan Hati.

Media curhat yang terbukti sangat tepat, cepat, akurat, adalah do'a.
Do'a adalah bentuk komunikasi curhat saya kepada Dzat Yang Maha Mendengar. Ia bukan saja mendengar, tapi juga menyimak isi setiap curahan hati saya, tiada satu pun yang terlewat.
Melalui do'a, tidak pernah ada batasan waktu untuk curhat. Karena melalui do'a, saya curhat kepada Dia Yang Bisa Diakses Setiap Saat, Tidak Pernah Merasa Terganggu.
Curhat melalui do'a memberikan saya kekuatan yang teramat sangat luar biasa. Saya merasa sangat lemah di hadapanNya saat berdo'a , namun setelahnya saya merasa sangat kuat. Seolah tidak pernah lemah sebelumnya.
Setelah curhat melalui do'a, saya selalu mendapat solusi. Terkadang solusinya seketika, terkadang pula agak lama. Namun, selalu ada solusi. Saya pun merasa jauh dari sikap putus asa, berburuk sangka, hampa, dan sebagainya. Karena melalui do'a, saya curhat kepada Sang Penguasa, Yang Maha Berkehendak atas segalanya. Apa yang dapat menghalangi sesuatu untuk terjadi jika Dia sudah berkehendak?

Jikalau sekarang saya masih suka curhat melalui tulisan di blog ini, itu semata karena saya ingin mengabadikannya saja, menjadikannya pelajaran. Supaya suatu saat nanti, jikalau saya lupa, atau angot, atau kumat, saya bisa kembali ingat bahwa saya pernah mengalami kejadian demikian.

Saat ada kesulitan, di sana pasti ada kemudahan. Karena itu adalah perkataanNya, janjiNya. Kemudahan yang berdampingan dengan kesulitan itu bisa saya lihat setelah saya curhat melalui do'a. Tiba-tiba ada jawaban dari masalah yang sedang saya hadapi, yang belum pernah saya pikirkan sebelumnya.

Karena saya orangnya melankolis-romantis (😛), saya mudah menangis saat curhat. Tapi seringnya saya gengsi dan malu untuk menangis di depan orang lain, apalagi di depan orang tua saya.
Dengan memaksimalkan waktu berdo'a, si melankolis-romantis dalam diri saya itu menjadi terpuaskan. Saya bisa punya banyak waktu privat untuk menangis saat curhat, tidak ada yang tahu kecuali Dia. Setelahnya, saya terpuaskan dan bisa kembali menjadi normal(??)

Do'a adalah terapi khusus bagi jiwa.
Do'a bisa menjadi sarana curhat yang amat efektif, menyehatkan jiwa yang sakit, menenangkan pikiran-pikiran yang resah, menyingkirkan segala keraguan dan rasa putus asa.

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Q.S. Al Baqarah: 186)

Do'a adalah kekuatan 😊

No comments:

Post a Comment