Monday, February 18, 2013
30 HARI PENGAKUAN. DAY 4: HIGH SCHOOL
Malam ini hujan kembali turun, dan aroma Petrichor pun menguar bak candu bagi ingatanku. Menuntunku kembali ke masa-masa itu, saat dunia masih berwarna putih dan abu-abu.
Kubuka gerbang waktu, saat mentari bersinar terik dan bulir-bulir peluh pun meluruh. Hari belum juga siang, namun udara sudah menyengat kulitku dan aku harus beranjak pergi menembus keramaian kota Bekasi menuju suatu tempat. Sesampainya di sana, kulihat sebuah tulisan di dindingnya "SMAN 2 Bekasi". Disinilah aku mencoba merajut benang-benang ilmu dan masa depan. Suatu tempat yang disebut Sekolah :) Lokasinya bisa dibilang terletak di pusat kota, berjarak sekitar 7 Km dari rumahku dan membutuhkan waktu tempuh sekitar 1 jam. Itu juga kalau tidak macet, hehehe..
Di Sekolahku, murid yang masih duduk di bangku kelas 1 SMA mendapatkan shift belajar siang. Mulai sekitar pukul 12.30 hingga kira-kira pukul 17.30. Dapat kau bayangkan bersekolah di jam-jam segitu? Mengantuk, tentu! dan panas juga.. benar-benar ujian bagi kesungguhan kami, para pelajar :p
Bagiku, masa SMA merupakan masa dimana aku menemukan aktualisasi diri. Dari aku yang sangat pendiam dan pemalu saat SMP, lalu menjadi lebihoutgoing. Banyak kejadian yang kualami di SMA, masing-masing memiliki kesan sendiri.
Apakah kau percaya jika kukatakan bahwa aku termasuk anak yang badung saat aku duduk di kelas 1? hahaha.. Hal itu benar. Saat itu aku memiliki seorang sahabat, dia berasal dari Bali. Namanya Ni Komang Triana Dewi Wulandari. Di rumahnya, dia biasa dipanggil Ana. Namun aku memanggilnya Jay, yang merupakan singakatan dari "Jayus". Dulu, kami memang terkenal sebagai Duo Jayus =)) Pada dirinya, aku seperti menemukan seorang Partner In Crime. Dulu, kami sering membolos pada saat upacara penurunan bendera di hari sabtu, lalu kami melarikan diri ke Mall. Maklum lah, sekolahku berada di kawasan Mall Metropolitan Bekasi, jadi sebenarnya sudah menguntungkan secara geografis x)
Aku dan Jay bersahabat akrab, kami selalu bersama. Walaupun kami berbeda agama (Aku seorang muslim, dan dia Hindu), namun kami tetap kompak. Saat jam istirahat sore, aku sholat ashar di masjid sekolah dan dia tetap menungguku di latar masjid. Sungguh, kami seperti dua sejoli (yihaaa) xD
Bersama Jay juga, aku seperti merasa lepas dari semua beban. Aku tak perlu berpura-pura menjadi siapapun, pun aku tak perlu repot menjelaskan apapun padanya. Kadang, aku merasa seperti ada koneksi bantin antara kami, bahwa kami dapat berkomunikasi tanpa saling mengutarakan isi hati. Sungguh aneh dan baru kali itu aku menemukan sahabat sepertinya.
Namun, seperti biasa, nasib malang (selalu) menimpaku, karena dia ternyata harus pindah sekolah (hell yeah) ke Jakarta disaat kenaikan kelas 2. Aku sungguh merasa kehilangan dia.
Seperti yang bisa ditebak, kehidupanku di SMA selanjutnya tanpa Jay benar-benar berbeda. Setelah Jay, memang aku tak bisa lagi menemukan sahabat. Aku memang punya banyak teman, dan aku bisa bergaul dengan orang-orang dari 'kalangan' apapun. Tapi tak ada diantara mereka yang benar-benar bisa seperti Jay. Untuk mengatasi kehilanganku, aku mulai aktif di organisasi. Awalnya aku hanya ikut-ikutan di ekskul keagamaan (namanya Ikrema) namun lama kelamaan, akupun mulai aktif. Aku juga aktif di ekskul jurnalistik dan menadapat banyak sekali ilmu disana.
Di sekolahku, memang pergaulannya seperti terbagi dalam kubu-kubu. Ngegenk lah istilahnya. Tiap genk biasanya terbentuk berdasarkan kesamaan minatnya, misalnya ekskul yang dipilihnya. Ada Genk Basket, Genk OSIS, Genk KIR, Genk Pramuka, Genk Rohis, Genk Cheers, dan lain-lain. Sejujurnya aku tak pernah menemukan kesulitan untuk berteman dengan teman-teman lintas genk (apeu??), namun memang ada beberapa genk yang sangat eksklusif hingga tak mau berteman dengan siapapun selain anggotanya. Yah, itulah kehidupan SMA, yang kurasa kebanyakan orang juga mengalaminya :)
Di kelas 2, aku pun mengalami banyak hal baru. Salah satunya adalah memiliki teman istimewa (halah). Bahasanya apa ya? Pacar? :p
Aku akan bercerita sedikit mengenai dia. Bisa dibilang dia penggemar rahasiaku, sementara aku menjadi penggemar rahasia temannya. Lalu, suatu saat entah mengapa kami bisa menjalin hubungan. yah yah yah.. walaupun tidak lama, tapi dia pernah menjadi bagian dari hidupku. lebih lengkap mengenai dia mungkin akan kubahas di pengakuan tersendiri yah :p Dan begitulah masa-masa kelas 2 SMA berlangsung, lebih banyak soal organisasi dan menjadi penggemar rahasia seseorang (hahaha)
Ada satu pengakuan menarik, bahwa sebenarnya, aku sudah merasakan ketertarikan yang sangat besar terhadap dunia jurnalistik dan tulis menulis sejak aku duduk di bangku kelas 2 SMA. Dan aku sudah punya keinginan untuk menjadi seorang penulis. Namun apa daya, ayahku menginginkanku untuk konsentrasi di dunia engineering dan itu mengharuskanku memilih jurusan IPA di penjurusan kelas 3.
Dan seterusnya begitulah masa SMA ku berakhir, dengan kesibukanku sebagai siswi jurusan IPA, kebanyakan berkutat dengan praktikum dan belajar menjelang Ujian Nasional. Aku akhirnya bisa bertahan hidup dalam kerasnya kehidupan SMA, walaupun diawal aku badung, toh diakhir aku dapat menjadi salah satu siswa berprestasi di sekolah hehe
Salah satu keindahan masa SMA adalah bahwa banyak sekali ruang belajar yang bisa dimanfaatkan dan seseorang bisa menemukan aktualisasi dirinya melalui berbagai kegiatan intra/ekstrakurikuler yang ada. Aku menemukan seorang sahabat yang baik, banyak ilmu yang bermanfaat, dan aktualisasi diriku saat SMA.
Banyak memori yang tersimpan dalam arsip kenangan SMA, beberapa benar-benar layak untuk mendapat apresiasi untuk dipertahankan sampai nanti, saat kita tidak mampu lagi mengingat semuanya dan kenangan hanya berupa gambaran buram sebuah fase dalam kehidupan
We all have our time machines. Some take us back, they're called memories. Some take us forward, they're called dreams. ~ Jeremy Irons
(15 Mei 2011)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment