Monday, February 18, 2013

Ibu


Untuk ibuku tercinta, 
Inilah aku, anakmu, menyampaikan kata-kata yang bertahun-tahun kupendam dan tak sanggup kuungkapkan padamu.
Ibu, 
Aku selalu diam. Aku tak pernah pandai mengungkapkan perasaanku pada siapapun. Tidak juga padamu, pada ayah, pada adik, juga pada teman2ku. 
Aku selalu diam, ibu.. Aku anakmu yang selalu memendam semuanya sendirian. 
Namun hari ini, aku ingin mengungkapkan semuanya padamu. Walau mungkin kaupun tidak membacanya. Namun aku berharap entah bagaimana caranya kau bisa mengetahui ini.
Wahai Ibu, 
Aku sangat menyayangimu. 
Kau mungkin tidak pernah mendengarku mengatakan ini. Tapi aku menyayangimu sepenuh hati. Tiada wanita lain di dunia ini yang lebih kucintai selain dirimu.
Ibuku yang mulia, 
Aku tau beratnya perjuanganmu membesarkanku. Sebagian besar kau merawat kami sendirian, tanpa ayah, sejak kami kecil. Aku tau betapa kau berjuang menjadi ibu sekaligus ayah bagi kami, anakmu. Itu tidak mudah. Kadang airmata pun kau sembunyikan, agar kami tidak bertanya mengapa kau menangis. 
Tapi aku tau, ibu.. 
Aku tau tangismu dalam diam. Aku tau saat kau sedang sedih. Aku merasakannya dalam diam pula. Terkadang, aku masuk ke kamar dan pura2 tertidur, hanya agar kau tak tau bahwa aku tau kau menangis. Airmata mu telah menjadi airmataku selama bertahun-tahun..
Ibu, 
Telah banyak masa sulit yang kita lalui sejak aku kecil dahulu, namun kau tetap tegar. Hingga kini kau tetap setegar dahulu. Walau aku tau kau tiada sempurna, walau aku tau betapa seringnya kau ingin menyerah dari semuanya.
Taukah kau, ibu? 
Bahwa aku sangat berterima kasih dan bersyukur bahwa kau akhirnya tidak pernah menyerah. Bahwa kau memilih untuk bertahan. Setelah sekian kali kau memikirkan kami, anakmu, dan kau memilih bertahan. 
Terima kasih, ibu...
Berkali-kali, akupun ingin menyerah. Aku ingin meninggalkan semua luka di saat itu dan pergi. Namun aku pun bertahan, sama sepertimu. Demi adikku. 
Kita sama-sama bertahan, semua demi keluarga kita. Keluarga yang kuanggap bahkan lebih penting daripada eksistensiku di dunia ini. 
Aku senang, ibu....
Berbagai masa sulit kita lewati bersama, walau kadang kita pun tak akur. Kau keras, aku pun keras. Ayah tak ada. Dan kita berselisih. 
Lalu aku akhirnya menyerah, dan aku bersimpuh di kakimu, ibu.. 
Semua demi cinta.....
Entah sudah seberapa sakit yang telah kutorehkan begitu dalam di hatimu, sampai engkau menangis karena kesal bahkan marah padaku? 
Lalu, kepada siapa kau mengadu,bu? Mungkin hanya Tuhan Yang selalu mendengar semua curahan hatimu.. Saat kau bersedih karena perlakuanku yang salah terhadapmu. Saat aku begitu egois hanya untuk mengalah darimu saat kita beradu argumen atas sesuatu yang tak penting. Atau saat aku begitu membanggakan segala ilmu pengetahuanku yang kudapat selama aku bersekolah sampai setinggi ini, bahkan lebih tinggi darimu. Lalu akupun merendahkanmu, lalu hatimu pun terluka. Padahal, aku tidak sadar bahwa aku bisa sampai seperti sekarang ini karena seluruh dedikasi dan pengorbananmu.
Ibu, maafkan aku......... 
Hanya maaf darimu yang bisa menyelamatkanku dari api neraka. 
Sungguh, ibu.. Maafkan aku...
Semua hal di masa lalu telah membentuk diriku. Aku yang sekarang, lebih rapuh dari apapun. Setiap luka di masa lalu telah membentuk diriku yang ini. Diri yang terbentuk atas sekian banyak luka. Setiap luka yang masih basah namun harus ditambal oleh luka lainnya. 
Inilah aku, ibu.. 
Anak gadismu yang penuh luka. Namun kau masih mencintaiku. 
Aku tau, walau kau tak pernah berkata kau menyayangiku...
Jikalau ada satu cinta yang paling murni di dunia ini yang bisa kupercaya, cinta itu adalah cintamu, ibu...
Ibu.. 
Untukmu, wanita yang paling mulia yang pernah ada. 
Cintaku, selamanya untukmu...

(11 April 2011. I love you, mama)

No comments:

Post a Comment