Monday, February 18, 2013
SEBUAH DIALOG
Dia duduk di depanku.
Suaranya mulai bergetar, ia menutupinya dengan minum air putih.
Tetapi
Kesedihannya tak terbendung lagi. Air matanya mengalir.
Ya Tuhan, ia begitu sedih...
Ia tetap berbicara, sementara aku duduk dan mendengarkan. Tertunduk. Merasakan perih di hatiku. Mencoba mengontrol hatiku. Mencoba mengontrol airmataku yang hendak jatuh.
Ia bercerita, kepedihannya, rasa sakit dihatinya. Dan iapun menangis.
Sedu sedannya tak tertahan lagi.
Kesedihan yang teramat dalam, dapat kurasakan hingga ke tulang sumsumku.
Aku masih tertunduk, memandangi kakiku. Di luar, hujan sudah reda. Menyisakan dingin. Termasuk di hatiku.
Tuhan, aku ingin menangis!
Ia menghapus airmatanya menggunakan bajunya. Bahkan tidak ada tissue di sekitar kami.
Aku ingin memeluknya. Hatiku perih. Aku hancur....
Ia sakit, ia berkata. Dan ia merasa ditinggalkan. Sendirian melewati saat tersulit dalam hidupnya. Begitu banyak beban dalam hidupnya, dan selama ini ia menutupinya. Karena ia seorang laki-laki. Dan laki-laki harus kuat, menurutnya.
Ia tersedu, sementara aku semakin berkaca2. Aku tidak tahan!
Tiba2 dia diam. Dan aku sadar, ini giliranku untuk bicara. Namun aku terdiam. Aku tahu jika aku bicara, airmataku akan tumpah.
Hening...
Hanya terdengar suara kendaraan lalu lalang.
Lalu aku bicara.
Aku mencoba untuk tenang dan tidak menangis. Aku berhasil! :))
Sampai..
Aku mengakui, ada yang hilang dari semuanya. Dan itu adalah dia.
Aku menangis. Air mataku mengkhianatiku!
Aku tertunduk. Aku benci jika ia melihat airmataku.
Kuseka airmata dengan jilbabku. Masih tidak ada tissue, ingat?
Lalu, aku kembali bicara... Perasaanku, harapan, kerinduan...
Airmata itu kembali datang! Ough! Aku benci airmata...!! T__T
Dia memotong pembicaraan, menunjukkan kresek berlabelkan sebuah Rumah Sakit. Dia berkata sambil tersedu. Dia sakit! Obat yang harus ditebus seharga 250 ribu rupiah.
Aku berhenti menangis. Aku terkejut. Aku bertanya bagaimana keadaannya, apa dia sudah baikan..
Dia memalingkan muka.
Ya Tuhan... Perih rasanya hatiku. Tiada pernah hatiku merasa seperih ini... Dan kembali aku menangis..
Kami terdiam dalam tangis...
Pembicaraan berlangsung selama 1,5 jam. Begitu banyak emosi, airmata. Momen yang sungguh sangat emosional.
Tiada kesimpulan. Ia teguh pada pendiriannya. Aku lemah karena sakit pada hatiku.
Pembicaraan berakhir...
Aku pergi.
Menangis.
Sendirian.
Di tengah hujan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment