Thursday, February 21, 2013

FLORENCE NIGHTINGALE SYNDROME


Gara-gara baca sebuah buku yang sedikit menyinggung tentang Florence Nightingale Syndrome, saya jadi tergelitik untuk mencari tau lebih lanjut tentangnya. Hasil gugel sana-sini, akhirnya saya menemukan beberapa hal yang cukup mengejutkan

The Florence Nightingale Syndrome is also referred to as the Florence Nightingale Effect.This syndrome happens when an individual caring for another individual develops romantic feelings for them. More specifically the Florence Nightingale Syndrome is a psychological complex that might happen when a vulnerable patient is being cared for and their caretaker develops romantic and oftentimes erotic feelings for them. The Florence Nightingale Syndrome can also occur when the patient develops romantic feelings for their caretaker as they begin to see them as their protector.

(sumber)

Well, Well.. can't help but think that i might have it.

Sejak dulu saya heran pada diri saya sendiri, karena saya memang punya kecenderungan untuk peduli pada "yang sedang kesusahan" atau "yang kurang beruntung". If you know what i mean.

Misal, di hiruk pikuknya aktifitas sehari-hari dan interaksi dengan banyak orang, saya memang cenderung merasa tertarik pada wajah yang murung. Saya mungkin akan lebih banyak mengamati si wajah murung ini sambil melakukan psiko-analisa (yang seringnya berujung sok tau sih -___-). Mengapa orang ini menampakkan wajah murung? Apakah ia benar-benar murung? Ataukah hanya sedang mengantuk? (Beberapa orang yang sedang mengantuk memiliki wajah murung juga. True story). Lalu psiko-analisa tersebut menjadi semakin liar sampai berubah menjadi keinginan untuk mengkonfirmasinya kepada orang tersebut, mengapa ia murung? Apa masalahnya? ...Sampai berlanjut kepada (biasanya) orang tersebut bercerita pada saya dan membagi bebannya.

Awalnya saya hanya berpikir kecenderungan saya ini hanya disebabkan oleh karena saya anak pertama, semacam selalu ada keinginan untuk melindungi dan membuat nyaman orang lain, sampai kalau bisa, menyembuhkan luka hatinya. Atau saya hanya kebetulan memiliki kelebihan sense keibuan yang sangat normal dimiliki oleh setiap wanita. Semua itu normal-normal saja.

Namun, tak jarang hal berubah menjadi lebih complicated ketika berhubungan dengan lawan jenis. Ketika saya bersikap seperti itu, tak jarang ada perasaan yang ikut terlibat. Beberapa kali (Ugh. Oke, sering) saya menjadi lebih peduli daripada yang seharusnya. Dan, (Oke, sering lagi), keadaan berubah menjadi lebih daripada yang seharusnya. If you know what i mean.

There are times when we feel so vulnerable, wounded or even broken. And when there's a person who is willing to heal our wound, we feel healed. First aid is intimate. Tak jarang, saya dengan instan mengartikan bahwa proses penyembuhan ini telah membuat kami saling jatuh cinta.

Symptoms of the Florence Nightingale Syndrome would be very similar to that of falling in love with someone or having an intense crush

Pertanyaannya, apakah perasaan yang berkembang selama proses tersebut bisa dikatakan perasaan yang sesungguhnya? ataukah hanya sementara?

Beberapa hal yang saya alami setelah saya pikir-pikir ya memang karena FNS ini. Bertemu seorang lelaki yang begitu rapuh, butuh bahu untuk bersandar, dan sebagainya. And i played my part well, i enjoyed being healer so much. Sampai akhirnya situasi menjadi intense dan saya akhirnya sadar, bahwa saya tidak benar-benar menyukainya. Lalu kami menjauh. Beberapa kejadian berakhir damai, tapi seringnya tidak haha -__-

Pernah juga berada dalam situasi sebaliknya, di mana saat saya rapuh dan butuh bahu untuk bersandar. Ada seorang pria yang begitu baik layaknya malaikat, menjadi obat bagi luka yang saya dapat. Dan bertahun-tahun saya menganggap bahwa saya jatuh cinta padanya, padahal saya tak merasakan gejala orang yang sedang jatuh cinta saat bersamanya. Maksudnya, saya tak mengalami debaran jantung saat ia dekat atau merasa senang berlebihan yang konyol saat bertemu dengannya. Ketika bersamanya, saya hanya merasa tenang. Seolah disembuhkan.

This FNS sh*t just got real. And i was lost in confusion.

Saya juga membaca bahwa beberapa wanita menikmati menjadi dominan dalam sebuah hubungan, menikmati perannya menjadi penyembuh luka pasangannya. And i can honestly say, i'm one of those women. F**k me, right?

Apa kamu pernah atau sering merasa demikian? Kalau jawabanmu adalah iya, well.. welcome to the FNS club!

No comments:

Post a Comment