Monday, February 18, 2013
Masa lalu
Teringat beberapa saat yang silam, waktu saya berulang-tahun yang ke-19 kalo nggak salah, hihihi..
Seorang teteh yang sangat baik hati memberi saya hadiah. Namun bukan hadiahnya yang saya ingat. Karena bersamaan dengan hadiah tersebut, terseliplah sepucuk surat yang sangat menyentuh. Begini isinya
Jikalah derita akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti dijalani dengan sepedih rasa? Sedang ketegaran akan lebih indah dikenang nantinya
Jikalah kesedihan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa tidak dinikmati saja? Sedang ratap tangis tidak akan mengubah apa-apa.
Jikalah luka kecewa akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti dibiarkan meracuni jiwa?
Sedang ketabahan dan kesabaran adalah lebih utama
Jikalah benci dan marah akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti diumbar sepuas rasa? Sedang menahan diri adalah lebih berpahala
Jikalah kesalahan akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti tenggelam didalamnya? Sedang taubat itu lebih utama
Jikalah harta akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti ingin dinikmati sendiri saja? Sedang kedermawanan justru akan melipatgandakannya.
Jikalah kepandaian akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti membusung dada? Sedang dengannya manusia diminta memimpin dunia
Jikalah cinta akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti ingin memiliki dan selalu bersama? Sedang memberi akan lebih banyak memiliki arti
Jikalah bahagia akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti dirasakan sendiri saja? Sedang berbagi akan membuatnya lebih bermakna
Jikalah hidup akan menjadi masa lalu pada akhirnya, maka mengapa mesti diisi dengan kesia-siaan belaka? Sedang begitu banyak kebaikan yang bisa dicipta.
Apapun masa lalu, kita tegak masa depan.
^_^
(10 April 2011. masih kontemplasi di hari jadi)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment