Monday, February 18, 2013
Jejak Usia
Mencoba menghela napas beberapa saat..
Kembali mengumpulkan jejak-jejak hikmah yang tercecer di sepanjang perjalanan usia.
Detik, menit, hari, bulan, dan tahun yang telah berlalu mengantarkan saya berada di titik ini. Titik yang sangat layak diberi kredit untuk diam sejenak dan berkontemplasi.
Jikalau ini hidup adalah sebuah perjalanan, maka inilah peta kehidupan saya.
Semua orang memiliki masa kecil. Tapi saya tidak :)
Mungkin dunia menginginkan saya untuk menjadi dewasa sebelum waktunya. Saat anak-anak seumuran saya sibuk bermain, menemukan teman, bertengkar, berbaikan lagi, dan semua dunia berwarna-warni, saya sudah harus menghadapi masalah keluarga.
Ya, sebagian besar masa kecil saya dihabiskan untuk keluarga. Keluarga yang tidak pernah sedetikpun berhenti saya cintai.
Normalnya, para remaja mengalami banyak hal. Mulai dari cinta pertama, sahabat, dan sebagainya.
Tapi saya tidak :)
Saat remaja seumuran saya menikmati sesuatu yang disebut dengan cinta pertama, saya justru mengalami pengalaman dikhinanati untuk yang pertama kali. Oleh sahabat saya. Dan kejadian yang sama yang terus berulang sampai saat ini.
Bagaimana rasanya? Sangat menyakitkan. Sampai saat ini lukanya masih membekas dan takkan pernah hilang.
Kira-kira 3 tahun yang lalu, saat saya diberi rizqi untuk mengunjungi rumah-Nya di kota suci, Mekkah, saya menemukan sebuah titik balik dalam hidup. Seolah seluruh kehidupan saya terefleksi disana. Bagaimana saya yang selalu berpikiran negatif, lalu semuanya menjadi negatif. Lalu saya sadar, saya harus berubah! Saya harus menghilangkan semua hal negatif dalam diri saya. Terutama hati.
Semua yang terjadi dalam hidup ini, semua yang buruk dan yang baik, telah membentuk diri saya.
Masa kecil yang tidak pernah saya miliki, telah membuat saya begitu mencintai anak-anak dan menentang segala bentuk kekerasan pada anak kecil.
Masalah keluarga yang menggerogoti hampir seluruh hidup saya membuat saya menyadari arti penting sebuah keluarga bagi anak-anak dan perkembangan kepribadiannya.
Berkali-kali dikhianati sahabat sendiri, membuat saya begitu menghargai arti persahabatan.
Berkunjung ke Baitullah membuat saya menyadari bahwa saya harus memperbaiki diri. Saya harus bersikap lebih positif.
Semua ini membuat saya berkesimpulan bahwa Tuhan sangat mencintai saya. Tiada pernah sepersekian detikpun Ia meninggalkan saya. Saat saya dekat dengan-Nya, saya merasakan ketenangan. Dan saat saya mulai menjauh, selalu ada cara-Nya untuk kembali membuat saya agar mendekat pada-Nya.
Saya sangat beruntung, bukan? :)
Saat ini..
Saya bersyukur atas banyak hal. Salah satunya adalah keluarga. Keluarga yang masih ada, walaupun tidak sempurna. Keluarga adalah alasan saya memiliki semangat untuk bertahan hidup.
Hal lainnya adalah sebuah keamanan dan kenyamanan dalam hidup. Dimana jiwa saya dan keluarga tidak terancam, dan kami hidup nyaman dalam hunian yang sangat nyaman. Yang membuat kami tidur dengan lelap.
Dan satu yang penting, saya memiliki sahabat-sahabat yang menyayangi saya dengan tulus. Walaupun banyak rasa sakit dalam hati saya dikarenakan persahabatan yang selalu gagal, dan selalu ada rasa trauma mendalam setiap kali saya mencoba kembali bersahabat. Namun kali ini saya bersyukur saya memiliki sahabat seperti Ulfa dan Momo. Merekalah yang menjaga kewarasan saya akhir-akhir ini :)
Love you, gals :)
Dan terutama saat ini..
Kalaulah boleh saya memanjatkan do'a saat ini, Ya اللّهُ..
Saya ingin sekali jadi orang yang sabar. Saya ingin memiliki kesabaran yang tiada batasnya.
Sabar dalam segala kondisi. Sabar saat sulit, yaitu belajar menerima segala kesusahan dan kesedihan, serta berusaha konsisten memperbaiki segala kesalahan. Sabar saat senang, yaitu berusaha mensyukuri setiap nikmat tanpa pernah ingin untuk berlebihan.
Saya juga ingin jadi orang yang tulus. Ketika saya berbuat kebaikan, tiada lain yang saya harapkan dari orang lain selain hanya kebaikan itu sendiri.
Saya ingin menjadi orang yang selalu cemburu melihat pohon apel. Yang ketika ia ditimpuk, ia akan membalasnya dengan buah.
Saya ingin menjadi sederhana dalam kerendahan hati. Manusia yang selalu ingat bahwa setiap hal dalam dirinya berasal dari Tuhannya. Apapun itu, pengetahuan, kebijaksanaan, pembawaan, harta benda, semuanya berasal dari اللّهُ dan tidak seharusnya saya bersikap berlebihan terhadapnya. Apalagi membanggakannya.
Saya ingin hidup bersama sejuta hal positif dalam keseharian saya. Saya ingin diberi kebijaksanaan untuk selalu memandang sesuatu secara positif. Bagaimanapun kondisinya.
Saya bersyukur atas semua yang telah terjadi dalam hidup ini. Semuanya telah membuat saya menjadi manusia yang kuat. Saya tau..
Tapi saya selalu ingin menjadi lebih baik.
Ya Rabb, sesungguhnya saat ini saya rindu saat-saat itu, dan bagaimana saya yang sekarang telah jauh dari keadaan itu, saya yang telah pulang dari tanah-Mu, bumi para Anbiya.
Maka, Ya اللّهُ .. Satu pinta saya, hamba-Mu, di kesempatan ini adalah kembalikan cahaya itu pada hidup saya. Kembalikan saya pada diri saya yang itu, yang dipenuhi berbagai hal positif dalam hatinya. Sesungguhnya, saya bahagia saat itu.
Saya ingin menjadi lebih baik..
(10 April 2011. Kontemplasi di hari jadi)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment